Aku tiba di banyuwangi tepat setahun yang lalu untuk
penempatan dinas di Unit Laboratorium Pengendalian dan Pengujian Mutu Hasil
Perikanan. Kota kecil di ujung timur Pulau Jawa. Hanya itu yang ada di benakku
waktu itu, karena walau lahir dan di besarkan di Jember, yang bersebelahan
dengan Banyuwangi, aku baru dua kali menginjak kaki di Kota berjuluk the
Sunrise of Java ini. Tidak banyak yang kuketahui tentang kota kecil ini.
Ternyata, tinggal di tempat baru, bergabung dengan keluarga
baru –Keluarga Besar Lab. Banyuwangi- memiliki daya tarik tersendiri bagiku.
Dua
bulan pertama di sini aku tinggal di kontrakan, tinggal sendiri. Benar – benar
sendiri. Banyak pergolakan batin yang kuhadapi disini. Hingga pada akhirnya aku
berhasil berdamai dengan diriku sendiri. LPJ di Kawi adalah titik balik dari
semua itu. Ada banyak hal yang kupelajari dan bisa kubawa pulang. Ada banyak
hal untuk kusyukuri disini. Dan ada amanah Tuhan yang harus aku jaga disini.
geng ibu2 lab banyuwangi |
Dan petualangan itupun dimulai.
Bali. Itu destinasiku yang pertama. Karena hingga hampir 27
tahun umurku waktu itu, aku belum pernah sekalipun menginjak pulau Bali. Orang
bilang Bali itu selangkah saja dari banyuwangi. Ah, mereka salah. Bali itu
jauuuuuhhhh..... #Denpasar maksudnya.
Masih 3 jam perjalanan dari Gilimanuk. Tapi terkadang aku iseng, naik Ferry untuk menyeberang ke
Gilimanuk dan kembali lagi ke Ketapang. Tujuannya? Hahaha, aku pura2 menikmati
perjalanan dengan kapal pesiar. Cukup menyenangkan dan menghibur.
pura segare rupek
Petualangan demi petualangan kemudian menjadi candu. Bukan lagi
bertujuan untuk membunuh sepi, tapi menjadi semacam suntikan semangat untuk
lebih mencintai kota ini. Pernah satu
kali aku tandem dengan tengan temanku, menyusur jalan perkebunan karet yang
kami tak tahu kemana berujung. Ternyata jalan di perkebunan itu menuju ke track
Kawah Ijen. Hanya sampai pos pertama, kami kembali karena matic yang kami
kendarai sudah tak kuat menanjak lagi. Jackpot.
Kami mampir ke peternakan lebah dan melihat langsung petani lebah memanen beepollen.
Tahun 2012 menjadi tahun yang sedikit sibuk. Dengan bertambahnya
beban kerja, jadwal mider kesana kemari juga kian betambah. Setidaknya sebulan
sekali aku harus ke Surabaya untuk urusan kedinasan. Menghirup peradaban. Demikian
aku menamakan. Tapi semakin aku sering
ke Surabaya semakin aku mencintai Banyuwangi. Semakin aku menyambangi
peradaban, semakin aku rindu untuk pulang ke Banyuwangi.
Dan hasratku untuk mengeksplorasi sudut demi sudut Banyuwangi seolah semakin menggebu (bahasakuuuu, ampun deeehhhhh!!!).
Berkelana dari satu Taman Nasional ke Taman Nasional yang lain.
Taman Kota a.k.a Alun - Alun Sritanjung |
Dan hasratku untuk mengeksplorasi sudut demi sudut Banyuwangi seolah semakin menggebu (bahasakuuuu, ampun deeehhhhh!!!).
Berkelana dari satu Taman Nasional ke Taman Nasional yang lain.
Meru Betiri,
Alas Purwo,
Dari satu pantai ke pantai yang lain (masih penasaran dengan Pantai Lampon dan Pulau Merah). Dan menggali setiap sudut kota dan pedesaan yang memiliki daya tarik yang luar biasa.
pantai yg..... |
Ah satu lagi, ada amanah tambahan dari Tuhan untuk mengabdi di
Dunia Pendidikan. Dunia yangsampai sekarang mewarnai mimpi2ku.
Tuhan itu Maha Baik. Saat aku butuh alasan untuk tetap bertahan disini, maka DIA memberi jauh lebih banyak dari sekedar alasan.
bersama mereka yang muda kritis dan visioner, generasi merdeka |
Tuhan itu Maha Baik. Saat aku butuh alasan untuk tetap bertahan disini, maka DIA memberi jauh lebih banyak dari sekedar alasan.
WEiiih, mataku sampai berkaca-kaca neh bacanya...#hurupnya kueecill sey!
BalasHapusKeren deh, makin cinta Banyuwangi jd menghirup peradaban hanya sebagai selingan saja tho? So, I've no plan any more to stay in big city...#gak nyambung
Salam kenal dulu dan kunjungan perdana dulu nih mba...
BalasHapusselanjutnya baru ke pertanyaan yang langsung muncul saat membaca begitu banyak kata Banyuwangi muncul di dalam postinganmu, juga kata Laboratorium perikanan....
nah, pertanyaannya adalah, apa mba satu kantor dengan Ririe? hehe, itu lho, yang ngasih komen di atas? :)
senang membaca postinganmu mba, dan bener kata Ririe, hurufnya keciiil.....
yups benar sekali..Tuhan Maha Baik..ketika kita menemukan seribu satu alasan untuk melakukan sesuatu..maka Tuhan kan memberi alasan seribu dua sebagai jawaban-NYA :)
BalasHapusmb rie,,, iyaaaa aku ganti nih hurufnyaaa.....
BalasHapusmba alayka,,,, mbak udah sering kali mampir kesini, cuman setengah tahun ini saya absen, jadinya ya gini deh.... hehehehe... iya mbak kita sekantor, se geng, temen mbolang, temen analisa, cuman bukan temen tidur aja, hahahaha
mas hariyanto, iyap betul, seribu dua alasan untuk tetap selalu bersyukur atas karuniaNya
dan banyuwangi..serasa memiliki magnet tersendiri..ach entah kapan saya bisa sampai kesana :)
BalasHapusayooooo kesiniiiii...... banyak tempat eksotis untuk di eksplore.... #ngiklan
BalasHapus