Senin, 28 November 2011

hypodermic needle phobia (baca: takut disuntik)

Hari Selasa. Aku dapat kabar kalo temen kosku, Nia, dapat musibah kecelakaan hari Minggu sore, lumayan parah sepertinya karena sampai jumat sore kemarin dia masih di ICU dan belum sadar.  Waktu menjenguk selasa malam bareng anak2 kosan, ada permintaan dari keluarganya untuk menyumbangkan darah untuk persiapan kalau sewaktu waktu Nia dinyatakan siap untuk dioperasi dan butuh transfusi. Dan didatalah siapa diantara kami yang memiliki golongan darah B, dan aku salah satunya.
siapa berani donor? (sumber: mbah google)

Donor dilakukan keesokan harinya di PMI Malang. Sebelum cabcuss ke PMI ada 7 orang teman2 Nia yang bergolongan darah B, termasuk aku, diperiksa rhesus darahnya di RSSA. Membayangkan lenganku akan ditusuk jarum sebesar bonggol lidi membuatku mual amat sangat. Apalagi mbak yang memeriksa rhesus di RSSA menusukkan jarum tester di jariku dengan penuh dendam. Sakiiit. Permasalahan pokok penyebab rasa saki itu sebenarnya cukup sederhana, aku fobia jarum suntik (Baca: takut disuntik. Hello??????????????). Sejak kecil aku memang takut disuntik. Pernah aku kabur dari ruang praktik dr. Felix gara – gara aku mau disuntik. Waktu SD, aku adalah salah satu dari beberapa murid yang nangisnya paling keras waktu diimunisasi. Sampai sekarang, ketika masuk ke ruang praktik doktek, kalimat pertama yang kusampaikan adalah: Malam, Dok, saya nanti gak usah disuntik ya Dok. (Dokter said: Siape mo nyuntik lo, GR lo!!). Dan akhirnya ketakutanku tumbuh menyubur mendaun dan membuah (lebeeeeeyyy!!!).
kalo dokternya ganteng2 gini, mungkin mau sih, haha... (sumber: masih dikasi albumnya mbah Google)

Kembali ke PMI Malang, akhirnya diputuskan hanya 3 orang yang mendonorkan darahnya, yang lain untuk stok barangkali Nia masih butuh darah lagi esok hari. Aku memutuskan untuk menjadi salah satunya. Sok2an berani sajalah, karena kalau kutunda2 pasti aku gak akan donor dan sampe kapanpun aku akan kalah sama jarum suntik.

And finally here I am, setelah mengumpulkan segenap keberania, di Ruang Tunggu Unit Transfusi Darah PMI Malang. Lenganku sudah dibebat dengan tensi meter, ampun deh,  tekanan darah yang biasanya 110/80 naik drastis jadi 140/90. Nervous abizzz. Setelah lenganku dioles2 alkohol, sampai juga sesi penusukan, sebelumnya mbaknya agak kesulitan menemukan tempat yang pas untuk ditusuk di lengan kanan. Waktu kusarankan untuk pindah ke lengan kiri aja, mbaknya ngeyel tetep pakai lengan kanan. Dan hasilnya??? Assyemm!! Setelah nyengir kuda nahan sakit, aku mendapati tempat yang ditusuk mbaknya salah dan darahkeluar tersendat – sendat. Kata mbaknya itu karena aku terlalu tegang. Dan, yah, jarumnya diungkrek2 lagi sama mbaknya!!! Whadhuuuuh, wes disalah2no, saiki diukrek2 maneh, loro mbaaaaak!!! 
bentuknya yang kecil tidak mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan (sumber: Google Image)

Mbak ini yang kanan gak bisa, kita pindah ke lengan kiri aja ya? Lha... What did I say kan?? Sampeyan seh ngeyel mbak!  Aku hanya bisa mengiyakan permintaannya. Hal yang membuat aku lebih bisa menahan sakit adalah penderitaan Nia pastinya jauh lebih besar dari ini, dan cuma ini satu2nya hal yang dapat aku lakukan untuk meringankan bebannya. Dan surprise, ternyata kalo nusuknya itu di tempat yang bener, rasanya sama sekali gak sakit, dan lancar jaya darahnya keluar. Setelah lima belas menit berlalu, proses pengambilan darah selesai. Diluar, teman2 yang nunggu menyambutku, (halah!! kayak apaan aja!!), gimana gak sakit kan, gitu tapi sampe mau pingsan... Aku cuma nyengir aja. Mungkin apa yang kulakukan untuk Nia bukanlah hal yang besar, tapi sebaliknya aku merasa ini adalah satu hal yang besar untukku karena aku berhasil mengalahkan jarum donor segede lidi. Yup, I won! Menang melawan ketakutanku sendiri! But wait, kalo ditanya apa setelah ini aku jadi mau disuntik kalo sakit? Jawabnya, hehehehhehehh tentu saja, it’s a big NO!!!!

Saduran dari blog lama di Friendster, dengan sedikit tambalan disana – sini.

3 komentar:

  1. kereeenn, slalu salut dengan orang2 yg udah pernah donor darah. berarti udah bermanfaat utk orang lain. pengeenn juga :D

    salam knal juga ya Mbak :)

    BalasHapus
  2. ayo ikutan donor juga.... *aku juga cuman sekali itu kok mbak diah.... :P

    BalasHapus
  3. Mau tau lebih tentang kampus pertanian terfavorit? Let's check! http://ipb.ac.id

    BalasHapus

Author

authorBanyuwangi the Sunrise of Java, Indonesia jalan - jalan, berbagi ilmu, berbagi pengalaman, karena dengan menulis kita belajar.
Learn More ?



Pengikut