Yang memilih melajang atau menikah. Bahwa melajang atau menikah sebenarnya bukanlah sebuah pilihan mutlak. Melajang
untuk mencari yang terbaik dari yang baik, atau menikah untuk menyempurnakan
setengah agama. Bahwa ada hak –hak diri sendiri yang harus terselesaikan sebelum
membebaskan jiwa dalam dalam ikatan sakral bernama pernikahan. Maka berbahagialah
bagi mereka yang hidup dalam lingkungan yang tak mempersoalkan keberadaan
seseorang berdasarkan status pernikahan.
Yang memilih untuk menjadi ibu yang tinggal
di rumah dan mengasuh
sendiri putra putrinya atau yang separuh hati menitipkan mereka kepada Asisten
Rumah Tangga karena tuntutan menjadi ibu bekerja. Bahwa
mereka, para perempuan yang bekerja semata untuk mengapresiasi diri,
menyalurkan hobby, dan atau yang bekerja
untuk menghidupi tagihan tagihan yang datang silih berganti. Masing masing
memiliki dilemanya sendiri. Ketika energi sudah terkuras seharian di tempat
kerja dan anak – anak menjadi pelampiasan kekesalan tubuh yang sudah kelelahan.
Belum lagi mimpi buruk bernama drama Asisten Rumah Tangga. “Bu, saya bulan
depan berhenti. Mau tungguin ibu saya yang sakit di kampung?” ada yang pernah
menerima pernyataan mengerikan ini? Yang beritanya lebih menakutkan dari
ancaman SP3 dari bos besar. Ya, pernyataan mengerikan ini adalah mimpi buruk
bagi seluruh ibu bekerja yang menyerahkan putra – putrinya dalam pengasuhan Asisten
Rumah Tangga. Betapa gamangnya hati seorang ibu bekerja ketika setiap pagi
berangkat diiringi soundtrack tangisan sendu buah hati yang tak rela ibunya
pergi. Dan kegamangan itu akan berlipat puluhan ganda ketika menerima
pengunduran diri sang Asisten untuk berhenti. Maka berbahagialah, yang memiliki
Asisten setia yang masa kerjanya sudah melampaui masa tayang tukang haji naik
bubur season lima. Atau, para ibu yang dikaruniai keleluasaan untuk tinggal di
rumah dan mengasuh sendiri putra putri mereka tanpa memusingkan tagihan yang
datang silih berganti. Berbahagialah.
Yang memilih menjadi
single mom saat weekdays atau mendampingi kemanapun langkah suami menjemput
rezeki. Siapa yang rela kekasih
belahan jiwa tinggal jauh di seberang pulau sendiri, saat penat menuntut hak
untuk berehat, hanya tersedia televisi menghibur sepi. Maka tak sedikit
perempuan yang kemudian rela melepas karir di kota asal demi mendampingi sang
suami mengais rejeki. Atau yang merelakan senyum sapa suami hadir hanya di
akhir pekan, atau bahkan yang lebih lama, hadir hanya beberapa hari dalam
setiap bulan. Maka berbahagialah yang dikaruniai pasangan yang mendapatkan lahan
mengais sesuap nasi dan sebongkah berlian di tempat yang tak membutuhkan drama
sendu bertajuk LDR.
Yang memilih untuk memasak sendiri atau membeli makanan untuk putra
putrinya. “bu, anaknya kebanyakan
konsumsi makann berMSG, radangnya kambuh” pernah ditatap sinis oleh dokter anak
ketika memeriksakan anak yang demam akibat radang tenggorokan? Jika pernah,
saya yakin anda tak sendiri. Ada ibu – ibu lain yang mungkin mengalami hal yang
sama. Memasak membutuhkan keahlian khusus, butuh keterampilan tangan meracik
bahan menjadi makanan jadi. Hasilnya pun, jika Tuhan sedang berbaik hati,
rasanya akan pas. Jika tidak, bahkan kucingpun enggan menyentuhnya,
perumpamaannya begitu.
Yang memilih untuk memberi ASI atau Sufor bagi putra putrinya. Masih berdebat tentang busui atau busufor? You,
guys, you better go back living in Netherland’s colonization era where babies were
given the liquid of boiled rice when their mothers incapable of giving
breastmilk. Jadi, terpujilah teknologi yang menciptakan pangan ajaib bernama susu
formula untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang tyak terpenuhi oleh asupan
ASI. Apapun, setiap ibu memiliki alasannya untuk memilih ASI atau SUFOR.
Yang memilih menjadi single mom yang pergi menjemput impian baru ataupun bertahan menjadi happy wifey walau telah
disia-siakan. Bahwa memutuskan untuk
menjadi ibu tunggal atau tetap menjadi istri bukanlah pilihan yang mudah. Menjadi
single mom artinya siap mendapatkan cibiran mulut - mulut usil yang tak pernah gembira
melihat orang lain bahagia. Siap menjadi ayah sekaligus ibu, utuh dalam jiwa
dan raga. Atau yang memutuskan untuk bertahan tetap menjadi istri dalam
kegamangan rumah tangga. Sama tidak mudahnya. Ada anak – anak dan atau kehormatan
yang harus dipertahankan. Ada pameo klasik yang harus dijunjung keagungannya, bahwa
menjadi istri sengsara masih lebih baik ketimbang menjanda bahagia. Maka berbahagialah
bagi mereka yang hidup dalam rumahtangga yang harmonis bahagia, anak sholeh –
sholehah dan suami idaman sepanjang masa. God give you such a happy family for
reasons.
Kalian, Para Perempuan, berbanggalah dengan pilihan –
pilihan hidup yang kalian buat. Hiduplah dalam kehidupan yang bahagia dan
membahagiakan. Karena kalian adalah perempuan hebat.
Selamat Hari Kartini
Banyuwangi, 21 April 2016
PS.
Dan kalian, yang suka nyinyirin orang, belilah
kaca berukuran lebih besar dari ukuran tubuh kalian. Berkacalah dan nilai
pilihan hidup kalian untuk mengurus kehidupan orang lain. Berbahagialah kalian
menjadi sumber ketidakbahagiaan orang lain. Kecup. Muach.
image taken from pinterest |
sip sip....
BalasHapusLangkah maju dalm update blog neh. pas hari KArtini dan semoga ajeg.
Aku sendiri prefer menghargai setiap pilihan orang lain, terlebih bila sesama perempuan. If I like her atau berada di posisi orang tersebut ....ini salah satu efektif untuk melenturkan cara pandang kita terhadap pilihan /keputusan orang lain.
Termasuk yg ASI atau SUfor, yg jelas pada dasarnya setiap ibu ingin memberikan yg terbaik. Tapi kadang ada variabel-variabel yg berada di luar kemampuannya.
Ah yaa.. Elastisitas hati yang kadang memang terbatasi oleh kesempitan cara pikir pribadi yang terlalu menyanjung diri sendiri. No body's perfect, then. Kita hidup hanya dengan menjalankan peran yg sudah diberikan dengan sebaik - baik kemampuan.
BalasHapusWell live indeed multiple of choice... Kita sendiri Akan berupaya me milih yang terbaik dengan situasi Dan kondisi.. Dan berharap apa yang kita ambil (dengan penuh pertimbangan) Adalah yang terbaik... I don't give a damned what other people saying as long I've been trying for the best
BalasHapus*ketjup*
HapusWell live indeed multiple of choice... Kita sendiri Akan berupaya me milih yang terbaik dengan situasi Dan kondisi.. Dan berharap apa yang kita ambil (dengan penuh pertimbangan) Adalah yang terbaik... I don't give a damned what other people saying as long I've been trying for the best
BalasHapus