Selasa, 31 Juli 2012

Lazimnya sih masakan ini disebut dengan tim ikan atau steam ikan, tapi tim ikan yang konon asalnya dari Thailand itu biasanya pakai daun ketumbar dan ikannya biasanya kakap atau kerapu.
Nah! karena saya make bumbunya asal yang ada di dapur, dan pake ikannya asal yang ada di mbak Nur (swalayan subuh depan gang) makanya saya ganti aja namanya jadi Ikan Kukus. 

Kelebihan dari Ikan Kukus ini adalah kandungan nutrisi yang tidak banyak berkurang akibat pemanasan, jika dibandingkan dengan Ikan yang digoreng. Karena dikukus, tidak ada tambahan lemak, sehingga ikan kukus relatif lebih sehat. Waktu persiapan yang singkat, bumbu yang sederhana, dan proses yang tidak rumit membuat resep ini patut di coba bagi pemula. 

Yang sedikit tricky adalah proses pemilihan ikan. Ikan yang dipilih harus benar - benar segar. Jika tidak, besar kemungkinan Ikan Kukus yang dihasilkan teksturnya tidak juicy dan rasanya tidak terlalu nendang. Bagaimana ciri ikan yang segar itu? Sederhana saja. Matanya cemerlang, baunya segar (tidak anyir), tidak banyak lendir di permukaan kulitnya, sisiknya masih menempel kuat, dan jika dagingnya di tekan dengan jari akan segera kembali ke bentuk semula (Murniyati dan Sunarman, 2000). Bagaimana dengan yang berformalin? Mudah saja, formalin tidak bisa menipu mata. Karena ikan yang berformalin, meskipun memiliki ciri ikan segar,matanya tidak akan cemerlang. Mata ikan berformalin cenderung keruh, dan cekung. Dan ketika membeli ikan, pastikan memilih penjual ikan yang men-display dagangannya dengan menggunakan es untuk menjamin kesegaran ikan.


Dan, kembali kita kepada resep Ikan Kukus.


Bahannya:
1 ekor Ikan berukuran kurleb 300-400 gr (Bisa pakai Ikan Bawal -seperti di display picture-, kakap, putihan, gurami atau ikan apa saja sesukanya). Siangi, Lumuri dengan air jeruk nipis.


Ikan Bawal
Bumbunya:
3 siung bawang putih, cincang
3 siung bawang merah, cincang
2 buah tomat, potong tipis
1 ruas jahe, cincang
1 ruas lengkuas, cincang
1 batang sereh, iris halus
2 buah cabe merah, iris halus (bisa tambahkan cabe rawit jika suka)
1 sdm kecap `sin
1/2 sdt gula


bumbu iris
Caranya:
1.Masukkan semua bumbu dalam mangkuk, aduk hingga rata. 
2.Tiriskan ikan yang telah dilumuri dengan air jeruk nipis. 
3.Siapkan pinggan tahan panas. Alasi pinggan dengan campuran bumbu. Letakkan ikan diatasnya. Lumuri bagian atas ikan dengan campuran bumbu. Masukkan sebagian bumbu ke dalam rongga kepala dan rongga perut ikan. 


kenapa jungkir balik kamu Ikan?
(ssst, saya ga punya pinggan, punyanya mangkok stainless steel)
4.Panaskan dandang atau kukusan. Masukkan pinggan berisi ikan. Pastikan air di dalam dandang / kukusan telah benar - benar mendidih ketika ikan dimasukkan. Ini akan mencegah pemanasan lambat yang membuat ikan tidak juicy ketika disantap. Kukus selama 20 menit. Matikan api. Angkat pinggan. 
kenapa jadi miring miring sih ini....

Ikan Kukus siap untuk di hidangkan.



8

Selasa, 24 Juli 2012

Monday, June 25, 2012 at 3:22pm / copast from Facebook's Note 

Rencana ini sudah dibuat sejak beberapa minggu yang lalu, tapi realisasinya baru kesampean hari minggu kemaren. Bersepeda di hari minggu pagi yang cerah bersama dua rekan Pajang 02. Bersepeda seakan sedang menjadi trending di lingkungan sekitar. Betapa banyak sekali orang2 setiap hari mengumtmkan bahwa dirinya sedang nggowes. Seakan akan tidak nggowes itu tidak keren. Oke, kita kembali ke topik awal. Saya mau cerita tentang jalan – jalan saya di hari minggu kemarin.
Start jam 6 pagi. Destinasi awalnya adalah pantai Boom yang terkenal hingga ke manca negara (Lebaytun). Pantai Boom bisa dikatakan sebagai salah satu ikon destinasi jalan – jalan keluarga di minggu pagi. Pantai yang tidak terlalu bersih ini memang terletak tak jauh dari pusat pemerintahan kabupaten Banyuwangi. Dan, sebagai ikon destinasi jalan – jalan keluarga bahagia di hari minggu pagi yang cerah, tentu Anda semua bisa menebak ada apa di pantai Boom di hari minggu pagi. Yap. Tepat sekali. Penjual beraneka ragam makanan, sandal, poster, baju, bahkan yang unik, kami bertemu dengan penjual bawang. Nampaknya penjual bawang ini jeli membaca naluri belanja para ibu yang berkesempatan menghabiskan minggu paginya di pantai Boom.
ini pantai BOOM, siluetnya itu adalah pulau Bali
Bekal nasi kuning yang dibeli di depan Pemda kami santap disini. Hemm, teriknya matahari jam setengah tujuh pagi lumayan menambah selera makan kami.  Setelah sebungkus nasi dan es krim paddle pop rasa buah (kami beli eskrim karena kasihan bapak tukang eskrim yang dagangannya gak terlalu laku, alasan!!), perjalanan dilanjut menuju pulau Santan.  Sebelumnya, sempat mampir ke abang penjual mpek2 aci, dan tukang ban untuk tambah angin.
Di pulau Santan, waw, surprise juga menemukan perkampungan nelayan tradisional yang letaknya tak lebih dari 2 KM dari pusat pemerintahan Kabupaten Banyuwangi. Perkampungan Pulau Santan berada di pantai yang terpisah oleh laguna, yang dihubungkan oleh jembatan kayu.
gradasi awannya keren sangad
Bisa dikatakan perkampungan ini adalah perkampungan tradisional, meski disini sudah teraliri listrik. Masyarakatnya sebagian besar mencari nafkah dengan mengoperasikan jaring tarik secara berkelompok antara 5 – 7 orang.
mengumpulkan hasil tangkapan
Ada sekitar 100 rumah di kampung ini.  Tidak ada bangunan sekolah. Kayuhan sepeda membawa kami terus menyusur hingga ke selatan perkampungan. Sayang, rencana menyeberang laguna untuk sampai ke Kelurahan Sobo terhalang oleh ombak yang lumayan besar. Jadi terpaksa kami balik kucing keluar lewat perkampungan lagi (bushet, medannya sih datar, tapi tanah yang berpasir cukup untuk membuat kaki nyut2an).
Keluar dari Pulau Santan, kayuhan sepeda berlanjut menyisir bagian timur wilayah Kecamatan Kota. 
Terus ke selatan hingga melewati Kuil / Klentheng Tri Dharma di Karangrejo (baru tau kalo ada klentheng besar disitu). Teruuuuuuuussss ke selatan hingga ke daerah tambak – tambak (biyuuuuh, adoheeee, iki sopo seh seng golek rute). Beberapa kali berhenti, akhirnya sampai jugan ke Perumahan Sobo, destinasi #3. Sampai disini, kami istirahat cukup lama sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan pulang ke kosan.

Rasanya? Jangan ditanya. Gemporrr. Karena belum pernah bersepeda jarak jauh, jadi mungkin otot2 jejeritan protes. Tapi apa yang di dapat hari itu lebih dari sekedar memuaskan. Eksplore tempat baru, kultur baru, pengetahuan baru. Bukankah itu makna dari jalan – jalan??


6

Kamis, 19 Juli 2012

Bangun pagi tadi, aku baca pesan Whatsapp di Grup. 

Rul kamu masuk JAWAPOS lho, di halaman for her.. Mataku seketika melek.


Teman grup lalu mengirim jepretan kamera ponselnya ke grup. Dan senyumku pun makin mengembang lebar. Tulisan super pendek yang aku kirim via email ke JawaPos For Her untuk kolom Halau Galau 10 Juli lalu ternyata berhasil dimuat. Tentang usaha langsing. Sebenernya tulisannya biasa saja. Pendek. Sangat pendek karena hanya dibatasi 50 kata. Harus ada klimaks dan konklusi. Dan topik usaha langsing ini adalah topik yang menjadi musuh bebuyutanku. Karena sudah menjadi hasrat hampir semua wanita yang ada di jalur mainstream untuk Being Thin. termasuk saya yang tergolong big sizer ini mungkin. 

Dan tralalala.... Nembuuusss!!! 

JawaPos section For Her
Jika aku total, ini adalah tulisan opini pendekku yang ke 4 yang dimuat di media cetak. Tiga sebelumnya dimuat di majalah wanita Cita Cinta. Satu diantaranya mendapatkan hadiah. Tapi FOR HER ini yang paling spesial. 1. Karena dimuat di koran besar nasional. 2. Karena disitu aku satu kolom dengan Lia Ananata, Nova Eliza dan Terry Puteri.   3. Karena mendadak di sms dan di mention oleh banyak kawanku yang membaca JawaPos. :D:D:D Berasa jadi artis deh hari ini... Hahaha.
ini nih tulisannya
Dan yang lebih membuat tertawaku mengembang lebar adalah pesan yang masuk lewat WhatsApp dari seorang teman yang tinggal di Surabaya.

Jeung temenku nanya, emang resep hidup sehatnya apa.

Masih makan normal mbak, masih sesekali ngemil., gak pake produk apa2, dan masih juga jarang olahraga. Cuman berusaha stop gula pasir, mengurangi nasi putih hingga tinggal setengah aja. Bla bla bla... Dan aku pun menjelaskan, lebih cerewet dari Terry Puteri ini kayaknya.

Emang udah turun berapa kilo jeung..?

Blaaarrrr, ini nih pertanyaan yang paling berat.

Baru dua kiln. Jawapos sih, keburu dimuat sebelum hasilnya signifikan. Balasku dengan diikuti emoticon menunduk lesu.

Hahaha,

Sebenernya bukan turun BB sih poin penting di opini itu. Tapi bagaimana seorang big sizer harus menikmati hidup,berhenti meresahkan ukuran baju,berhenti benci baju – baju modis, berhenti membenci makanan yang berpotensi menumpuk di tummy, boobs, and butt. Yang terpenting adalah bagaimana menjalani hidup sehat dan bersyukur atas hidup yang indah. Makan sekedarnya untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh, olahraga (aku menyebutnya dengan bergerak apa saja), dan mencintai hidup. Mencintai hidup, inilah hal yang tersulit. Sinis terhadap kondisi diri sendiri justru akan membuat metabolisme tubuh kacau, membuat nafsu makan menjadi tak terkendali, dan katanya justru itu akan membuat semua makanan yang dimakan akan terserap dengan sempurna. Mengisi ruang - ruang kosong yang berpotensi untuk lebih melar lagi.
So, menjalani pola hidup yang sehat dan menikmatinya, menjaga pola pikir yang sehat dan seimbang, itulah usaha langsing yang paling yahud menurutku!!
4

Author

authorBanyuwangi the Sunrise of Java, Indonesia jalan - jalan, berbagi ilmu, berbagi pengalaman, karena dengan menulis kita belajar.
Learn More ?



Pengikut