Senin, 28 November 2011

Hari Selasa. Aku dapat kabar kalo temen kosku, Nia, dapat musibah kecelakaan hari Minggu sore, lumayan parah sepertinya karena sampai jumat sore kemarin dia masih di ICU dan belum sadar.  Waktu menjenguk selasa malam bareng anak2 kosan, ada permintaan dari keluarganya untuk menyumbangkan darah untuk persiapan kalau sewaktu waktu Nia dinyatakan siap untuk dioperasi dan butuh transfusi. Dan didatalah siapa diantara kami yang memiliki golongan darah B, dan aku salah satunya.
siapa berani donor? (sumber: mbah google)

Donor dilakukan keesokan harinya di PMI Malang. Sebelum cabcuss ke PMI ada 7 orang teman2 Nia yang bergolongan darah B, termasuk aku, diperiksa rhesus darahnya di RSSA. Membayangkan lenganku akan ditusuk jarum sebesar bonggol lidi membuatku mual amat sangat. Apalagi mbak yang memeriksa rhesus di RSSA menusukkan jarum tester di jariku dengan penuh dendam. Sakiiit. Permasalahan pokok penyebab rasa saki itu sebenarnya cukup sederhana, aku fobia jarum suntik (Baca: takut disuntik. Hello??????????????). Sejak kecil aku memang takut disuntik. Pernah aku kabur dari ruang praktik dr. Felix gara – gara aku mau disuntik. Waktu SD, aku adalah salah satu dari beberapa murid yang nangisnya paling keras waktu diimunisasi. Sampai sekarang, ketika masuk ke ruang praktik doktek, kalimat pertama yang kusampaikan adalah: Malam, Dok, saya nanti gak usah disuntik ya Dok. (Dokter said: Siape mo nyuntik lo, GR lo!!). Dan akhirnya ketakutanku tumbuh menyubur mendaun dan membuah (lebeeeeeyyy!!!).
kalo dokternya ganteng2 gini, mungkin mau sih, haha... (sumber: masih dikasi albumnya mbah Google)

Kembali ke PMI Malang, akhirnya diputuskan hanya 3 orang yang mendonorkan darahnya, yang lain untuk stok barangkali Nia masih butuh darah lagi esok hari. Aku memutuskan untuk menjadi salah satunya. Sok2an berani sajalah, karena kalau kutunda2 pasti aku gak akan donor dan sampe kapanpun aku akan kalah sama jarum suntik.

And finally here I am, setelah mengumpulkan segenap keberania, di Ruang Tunggu Unit Transfusi Darah PMI Malang. Lenganku sudah dibebat dengan tensi meter, ampun deh,  tekanan darah yang biasanya 110/80 naik drastis jadi 140/90. Nervous abizzz. Setelah lenganku dioles2 alkohol, sampai juga sesi penusukan, sebelumnya mbaknya agak kesulitan menemukan tempat yang pas untuk ditusuk di lengan kanan. Waktu kusarankan untuk pindah ke lengan kiri aja, mbaknya ngeyel tetep pakai lengan kanan. Dan hasilnya??? Assyemm!! Setelah nyengir kuda nahan sakit, aku mendapati tempat yang ditusuk mbaknya salah dan darahkeluar tersendat – sendat. Kata mbaknya itu karena aku terlalu tegang. Dan, yah, jarumnya diungkrek2 lagi sama mbaknya!!! Whadhuuuuh, wes disalah2no, saiki diukrek2 maneh, loro mbaaaaak!!! 
bentuknya yang kecil tidak mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan (sumber: Google Image)

Mbak ini yang kanan gak bisa, kita pindah ke lengan kiri aja ya? Lha... What did I say kan?? Sampeyan seh ngeyel mbak!  Aku hanya bisa mengiyakan permintaannya. Hal yang membuat aku lebih bisa menahan sakit adalah penderitaan Nia pastinya jauh lebih besar dari ini, dan cuma ini satu2nya hal yang dapat aku lakukan untuk meringankan bebannya. Dan surprise, ternyata kalo nusuknya itu di tempat yang bener, rasanya sama sekali gak sakit, dan lancar jaya darahnya keluar. Setelah lima belas menit berlalu, proses pengambilan darah selesai. Diluar, teman2 yang nunggu menyambutku, (halah!! kayak apaan aja!!), gimana gak sakit kan, gitu tapi sampe mau pingsan... Aku cuma nyengir aja. Mungkin apa yang kulakukan untuk Nia bukanlah hal yang besar, tapi sebaliknya aku merasa ini adalah satu hal yang besar untukku karena aku berhasil mengalahkan jarum donor segede lidi. Yup, I won! Menang melawan ketakutanku sendiri! But wait, kalo ditanya apa setelah ini aku jadi mau disuntik kalo sakit? Jawabnya, hehehehhehehh tentu saja, it’s a big NO!!!!

Saduran dari blog lama di Friendster, dengan sedikit tambalan disana – sini.
3

Minggu, 27 November 2011

Selalu begini. Susah memulai dari mana. Menulis apapun bagiku selalu sulit untuk menentukan kalimat yang akan menjadi awalannya. Dan hasilnya PR mendadak dangdut yang diberikan mbak Riri ini juga molor dari target yang kutentukan sendiri yaitu hari Jumat kemaren. Aku melotot di depan halaman Word dengan sebaris kalimat Pengalaman waktu SD yang kuketik sekitar setengah jam sebelumnya (aku terbiasa menulis entry blog-ku di word, bukan hanya entry blog, notes FB juga, mungkin warisan kebiasaan menulis thesis dan beragam jurnal ilmiah yang notabene harus pake Word, otakku buntu jika harus menulis di laman entry blog original. Hihihi, aneh apa wajar ya ini,,,?). Berkali – kali aku menyusun dua tiga kalimat, lalu kuhapus. Berasa aneh, feelnya gak masuk dan berbagai alasan lain. Akhirnya, jumat kemarin aku menyerah saja. File itu aku save dengan hanya ada judul didalamnya. Dengan janji bahwa weekend ini harus SELESAI!!

Dan itu dimulai pada bulan Juli tahun 1990. Kisah yang lebih banyak berwarna Abu – abu. Kisah yang sebenarnya tidak ingin aku bagi. Kisah yang akhirnya tidak membentukku menjadi seorang anak yang gagal melewati masa kanak – kanak nya. Aku melaluinya dengan mulus. Kelas 1A. Aku masuk SDN Puger Kulon 1 ketika usiaku baru 5.5 tahun. Harusnya aku masih duduk di TK Besar. Tapi jaman dulu tidak ada batasan usia minimal untuk masuk SD, bahkan ada temanku yang baru umur 5 ketika masuk SD. Guru SD kelas 1-ku bernama Riwajati. Kami memanggilnya bu Yati. Orangnya cantik sekali. Dalam ingatanku kulit Bu Yati sangat putih, rambutnya berombak, dan senyumnya selalu mengembang. Beliau sangat telaten mengajari kami mengenal huruf, merangkainya menjadi kata, mengajari berhitung sederhana (jaman dulu materi pelajaran kelas 1 adalah pelajaran sederhana, tidak seperti materi pelajaran keponakanku sekarang,.. Susyeehh). Aku ingat Bu Yati yang cantik dan penyabar beberapa kali mendapat hadiah tendangan dari murid2 yang berontak ketika diimunisasi (sekarang masih ada gak ya imunisasi untuk pelajar sekolah yang jarumnya 1 untuk seluruh isi kelas??). Tidak ada yang spesial di kelas satu kecuali 2 kali imunisasi yang menghebohkan itu. Sebentar. Ada. Aku pernah dikira diculik. Waktu itu sekolah pulang pagi. Dan aku tidak pulang ke rumah. Aku ikut kawanku pulang kerumahnya yang jaraknya cukup jauh dari rumahku. Akhirnya menjelang duhur, setelah lama bermain, aku diantar pulang oleh kakak kawanku itu dengan dibonceng sepeda. Sampai di rumah, ternyata sudah banyak orang berkerumun di depan rumahku, bapak, ibuk, paklek, bulek, embah dan tetangga2. Aku hanya bengong ketika turun dari boncengan kakak kawanku itu. Yang kuingat, bapak langsung menggendongku. Ternyata kakakku yang bertugas menjemputku di sekolah pulang dengan menangis, dia khawatir aku diculik karena menurut tukang becak yang mangkal di depan sekolahku, sekolah sudah selesai sejak pukul 8 pagi. Pada tahun itu memang sedang ramai kasus penculikan di kota besar. Tapi aku tinggal di desa, dan aku hanya main ke rumah teman.
Kelas 2. Aku kebagian kelas siang yang artinya aku masuk sekolah jam 10 siang, pulang jam 12, kembali lagi ke sekolah jam 2 untuk les (komersialisasi pendidikan waktu itu, setiap murid wajib ikut les). Yang aku ingat waktu kelas 2 adalah aku harus menyiapkan keperluan sekolahku sendiri, karena ibuku sudah berangkat ke sekolah pagi – pagi (ibuku dulunya seorang guru yang kemudian beralih menjadi staf TU di SMP tempatnya mengabdi dari awal pengangkatan hingga pensiun) dan bapakku ke sawah. Pernah satu kali di sekolah badanku penuh dengan bentol – bentol yang rasanya gatal dan panas. Rupanya ada ulat bulu yang menempel di handukku. Karena guru kelasku laki2 waktu itu –yang menurutku agak sedikit kurang perhatian kepada murid2nya– maka aku hanya bisa mojok di ruang kelas sambil menangis. Tak ada yang menolong. Duh, kasian ya?
Kelas 3. Bibit – bibit kenakalanku mulai berkecambah di sini. Penyebabnya? Guruku kelas 3 sangat pilih kasih. Banyak hal – hal yang dia tuduhkan kepadaku. Entah apa penyebabnya. Aku dituduh membuka rok kawan – kawan perempuanku (hello?? Bu saya ini straight lho.. Dan gambar CD saya jauh lebih lucu dari pada punya kawan2 itu). Permainan cabul anak laki2 ini tidak jarang dituduhkan kepadaku. Entah atas alasan apa beliau menuduhku begitu – belakangan aku tahu kalau anak2 perempuan mayoritas di kelasku lah yang mengadu kepada guruku. Dan hasilnya, aku benar2 membuka rok anak2 perempuan tukang mengadu itu. Toh, melakukan atau tidak, aku tetap akan dituduh dan dihukum! Yang aku ingat waktu kelas 3 aku jarang bergaul dengan anak2 perempuan, aku lebih sering menyendiri, menyedihkan. Terkadang aku menjadi bagian dari kaum minority. Tapi kawan2 minority-ku itu menyenangkan. Banyak hal yang akhirnya bisa kubagi dengan mereka. Dan merekapun berbagi denganku. Cerita – cerita lucu, permainan konyol dan banyak hal yang membentukku sebagai murid SD kelas 3 tanpa tekanan. Guruku? Masih tetap. Di kelas, tunjuk jariku tak jarang diabaikan. Aku baru ditunjuk kalau aku jadi satu2nya orang yang tunjuk jari atas pertanyaannya. Dan aku menjawab dengan benar. Menyedihkan.
Menginjak kelas 4 aku mulai bersosialisasi dengan mayoritas kawan2 perempuanku. Tidak ada lagi tuduhan – tuduhan nyeleneh. Kali ini Guruku seorang laki2 yang jangkung dan botak dengan kacamata tebal dan bersuara sangat lantang. Namanya Pak Pardji. Di kelas 4, kami kedatangan murid baru, namanya Astri (sampai sekarang aku dan Astri akhirnya menjadi kawan yang dekat. Hampir sangat dekat). Aku ingat pernah membalas dendam kepada anak2 perempuan tukang mengadu. Aku menantang mereka untuk berkelahi di lapangan depan sekolahku. Aku menunggu mereka datang. Aku sendirian. Dan yang datang malah guru olahragaku. Beliau menyuruhku pulang. Hahaha. Cemen juga mereka rupanya. Dasar tukang mengadu.
Dan yang terberat dari hari2ku duduk di bangku SD adalah kelas 5 dan kelas 6. Aku tidak pernah tahu apa yang menjadi kesalahanku sehingga aku sangat sering diintimidasi oleh guruku. Di kelas 5 aku bertemu kembali dengan guru kelas 3 ku. Dan penyiksaannya kepadaku rupanya belum berhenti. Puncaknya di pelajaran Bahasa Indonesia karanganku dinilainya 60 tanpa dibaca terlebih dahulu. Karangan itu bercerita tentang cita – citaku. Aku menulis aku ingin menjadi insinyur seperti pak Habibie. Aku ingin membangun gedung – gedung bertingkat, membangun jembatan yang besar dan kokoh. Aku tidak tahu kalau pak Habibie itu bukan arsitek bangunan melainkan arsitek pesawat terbang. Yang kutahu waktu itu Insinyur-lah yang membangun gedung dan jembatan. Pak Habibie seorang Insiyur. Dan aku ingin menjadi insinyur. Kertas itu kuremas menjadi gumpalan bola. Dan aku menangis. Menangis karena cita – citaku sama sekali tak di hargai guruku. Padahal itu benar2 cita – citaku. Mimpiku. Mimpi anak kelas 5 SD. Mimpi yang bagi guruku mungkin nyeleneh karena hampir seluruh kawan2ku menuliskan dokter, pilot, guru, tentara atau polisi di lembar karangan mereka. Dan mereka mendapat nilai 75-90. Di akhir pelajaran, setelah tahu aku menangis, beliau memanggilku. Kupikir beliau akan merubah sudut pandangnya. Ternyata tidak. Beliau membacanya di depan kelas sambil menertawakannya. ‘Mosok pak habibie jarene arsitek?’ itu yang tertanam di otakku sampai sekarang. Yang ajaib, sampai sekarang, aku tidak berhasil dalam setiap usahaku untuk membencinya. Yang ada setiap aku mengenang karangan tentang cita – citaku itu aku berjanji, aku tidak akan pernah meremehkan cita – cita seorang anak. Tidak akan pernah.
Walaupun sering bersikap aneh begitu, guru kelas 5 ku ini lumayan baik hati. Aku sering disuruhnya menjaga jajanan yang dijual dikantinnya. Upahnya aku mendapat semangkok bakso (yang tak mampu kubeli dengan uang jajanku, hihi, melas) di jam istirahat siang. Untuk bisa menjaga kantin, aku harus berangkat pagi – pagi sekali, karena 2 anak yang pertama datang-lah yang berhak menjaga kantinnya. Karena aku ingin bakso gratis, maka aku sering berangkat sekolah  jam 6 pagi, karena kesiangan berarti kehilangan kesempatan untuk menjaga kantin.
Kepala sekolahku lebih merupakan seorang monster dari pada sosok yang mengayomi. Bibit kenakalan yang berkecambah di kelas 3 tumbuh subur di kelas 4  dan 5. Buahnya kupetik di kelas 6. Aku bolak – balik dipanggil ke ruang kepala sekolah. Sebabnya? Aku melakukan pemakaran. Karena kakiku dipukul dengan penggaris sebagai hukuman atas hal yang tidak kulakukan, aku berhenti menyapa guru kelasku. Aku mengabaikan semua panggilannya. Aku tidak mencium tangannya setiap sekolah usai. Aku marah. Waktu itu di kelasku sedang ngetrend memukul bangku berjama’ah. Ritmenya: siaaaap grak, BRAK, kepada bendera merah putih, hormat grak, BRAK, berdoa mulai, BRAK, berdoa selesai, BRAK, salam kepada guru, BRAK, slaaamaat pagi paaaaak guuuruuu..... Dan aku tidak ikut. Aku dan beberapa kawanku tidak pernah ikut menggebrak bangku. Tapi seluruh kelas dibariskan. Antre untuk mendapat satu pukulan penggaris di betis. Tidak sakit, tapi harga diriku terluka. Berkali – kali dihukum atas tuduhan yang tidak kulakukan, akhirnya aku berontak. aku makar. Dan kepala sekolahku, alih – alih mengevaluasi sang guru, dia malah memanggil kami bertiga, aku Astri dan Wiwid. Dengan tiga dakwaan yang berbeda. Embuh. Aku terlalu marah mungkin ketika itu, hingga aku lupa bagaimana kami berhasil melewati tekanan itu.
Aku membalas kepala sekolah-ku dengan telak ketika berhasil menjuarai turnamen P4 tingkat kecamatan, sebulan kemudian aku mewakili kecamatanku untuk lomba Matematika di tingkat kabupaten. Dan puncaknya aku meraih NEM tertinggi se kecamatan. Dengan semua catatan abu-abu yang kuperoleh di Sekolah Dasar, aku sempat heran, bagaimana bisa aku mendapat prestasi yang begitu memuaskan. Jawabannya adalah ibuku. Setiap malam, aku didampinginya belajar, disulamnya lembar jiwaku yang koyak hingga kembali menjadi kain yang kuat, di pompakannya selalu semangat dalam diriku. Ibuku menjadi guruku yang sesungguhnya, yang tidak hanya mengajariku memahami pelajaran yang sebenarnya, tapi ibuku juga selalu mendidikku untuk kuat menghadapi situasi di sekolahku.
Kini, bertahun – tahun setelah lulus dari SD, aku masih bertemu dengan guru2ku itu sekali waktu. Bahkan kepala sekolahku teman arisan purnakarya ibuku. Aku tidak berhasil membenci beliau2, aku masih menghargai dan menghormati beliau2 sebagai guru2ku. Menurutku, mungkin karena aku sudah membuktikan diri  –dibantu sepenuhnya oleh ibuku- untuk bisa berprestati ditengah segala tekanan yang diberikan oleh beliau2, itu sudah cukup membalas sakit hatiku. Sudah jauh lebih dari cukup.

Pajang 02, 26 Nop 2011 menjelang tengah malam. Dengan sedikit air mata mengenang warna abu2 dari lembar sejarah masa kecilku.
5

Senin, 14 November 2011

Give away?? Apaan tuh mbak... Itu kata2 pertamaku waktu mbak Riri ngasi tau ada event GA yg diadain oleh kak Kahfi si empunya Man and The Moon. Ya Give Away, ntar kamu review blognya dia, trus kamu tulis di blog-mu trus ada term and condition, tarr tulisanmu dinilai ama si Kahfi, yg menang dapat hadiah lho. Novel. Kamu bisa milih sendiri judulnya. Otakku langsung berputar, mengais-ngais judul novel yg udah lama aku pengen. Oh bukan novel, buku tepatnya, bukunya pak Dahlan Iskan yg Inspiratif. Sisi lain otakku berteriak, Woooy, Aliiiff, Aliiif gimana selepas dari Pondok Madani?? Hiks, Seri Lanjutan Kehidupan si Alif ngawe-awe. Ollla, Nuruuuul,,, stoopp!! Yang dapat novel yang menang ajah. Hahahah, si Newbie ini mimpi menang! Gapapa deh, ini namanya optimis! Hidup harus selalu optimis.

Nggawe wae, paling gak, blogmu iso terkenal engko, gitu kata mbak Riri, so, setelah menunggu momen yg pas, setelah menghabiskan sepiting nasi goreng+telor+cah kangkung, setelah menandaskan segelas teh tawar, here I am. Nulis. Sedikit mempelajari review kawan-kawan, kok kebanyakan membahas mengenai personality kak Kahfi dinilai dari tulisan – tulisannya ya? Jadi agak sedikit bingung, apa memang seperti ini rules-nya GA... Yeah, namanya saja newbie, wajar kalo agak sedikit bingung... Okay, IMO review gak seperti itu dan as usual, I wanna be different... :-D

And here is the writing begins...

Di awal menjadi pengikut blognya kak Kahfi aku tidak menyangka bahwa si empunya blog ini adalah Makhluq Teknik. Tulisan – tulisannya jauh dari kesan bahasa keteknikan yang selalu lugas to nde poin, kalo aku ga boleh bilang agak sedikit melo untuk ukuran cowok, dalam bahasa halusnya, tulisan – tulisan kak Kahfi penuh perasaan, hihihi, moga yg di review bacanya dengan hati yg agak dingin, jadi gak marah aku kritik habis-habisan, lho ini review apa critisize sih?? Apalah terserah, aku kan Newbie. Dan Pengen Jadi Penulis akhirnya menjadi artikel pilihan yang akan aku koyak-koyak. Hehehe

Tarahan. 11.30 wib hari rabu 18-05-2011
Tiap kali mampir ke toko buku gramedia di jl.kartini ., satu yang terbetik – kapan ya aku bisa jadi penulis buku. Kok rasanya sudah sangat pengen banget menulis sebuah buku . Tipe aku, hmm, aku sebenarnya suka di bidang seni gambar ya maklumlah aku kuliah di teknik arsitektur
(Lha ini bukti otentik kalo kak Kahfi Ternyata memang soul-nya jadi penulis, hanya mungkin terpenjara di dalam tubuh Makhluq Teknik. Piss..!!) Awal  mulai suka menulis ya karena tentang perjalanankehidupanku. Ya puzzel kehidupanku tidak berjalan mulus dan aman seperti org2 kebanyakan.Sebetulnya menulis ini hanya pengungkapan emosi dan isi hati, ya mungkin selama ini aku setiap memikirkan sesuatu selalu sendiri (Sesuatu yg berasal dari hati tentu mencerminkan hati si empunya, ini yang jadi sebab tulisan – tulisan kak Kahfi terasa so Smooth, dari hati, itu kuncinya).

 iki gambare kok ra gellem mettu tho.....

Ya walau kelak tulisanku Cuma sederhana tapi paling tidak uneg2 di kepala ini keluar ntr di tahan2 lama2 bisa meledak, he2.. kebetulan aku punya blog  juga  menjadi sarana sarana aku belajar tekun gimana caranya merangkai kata-kata
, (honestly aku sedikit terganggu dengan pemilihan kata-kata yang agak terkesan kaku yang dilemas-lemaskan pada artikel ini, agak sedikit gak enjoy menikmati tulisanmu kali ini, kau menulis agak dengan feel yang sedikit acak-acakan, ups, sorry kakak, nevertheless, the information about the good side of Cockroach really helps me against my phobia), merasakan feel dari tiap kata, menangkap karakter dari tiap huruf, bikin penyelarasan makna pada satu kalimat, dan sedikit memberikan pembiusan pada tiap paragrafnya (yang ini nih yang benar-benar membius, bushet, bacanya pas hujan-hujan memang ampuh bikin nangis, kangen emak, kangen bapak, kangen rumah, kangen masa lalu, kangen punya pasangan lagi, huahahahahah... Ampun deh, top markotop anastesi tulisannya...)  He2 sok2 an kale ya.. tapi biarlah anjing menggonggong kafilah berlalu...

Tinggal masalah waktu, kapan momen itu bakalan datang. Seperti kata seorang bijak, jadilah seperti bintang di atas langit itu.. dibutuhkan satu ledakan dari dalam untuk membuatnya berpijar terang… Dan aku sedang mengikuti nasehat si bijak itu. Mengumpulkan energi dari dalam.. dan suatu waktu.. ledakan dari dalam akan membuatku terkaget-kaget (ini dia ledakannya, dahsyaatttt!!! benar benar mengaduk-aduk emosi pembaca [baca:aku], emosi dari sudut hati yang terdalam) maksudnya apa kale ya?? hehe

Kemaren, aku  nonton film (yang pastinya film dari luar) jalan ceritanya cukup bagus – dan pesan yang kutarik darinya adalah, profesi seorang penulis sangatlah menarik. Karena setiap kehidupan yang dilihatnya, akan menjadi cerita menarik dan enak untuk dibaca oleh siapapun. Pribadi seorang penulis.. terasa lebih dewasa dan matang, karena tiap pengalaman hidup bisa menjadi semacam autobiografi.. yang kadang berperan pula sebagai cermin atau apalah yang itu menjadikan momen untuk menguji kematangan pribadi di tengah kegilaan yang mengepung si penulis....

Finally, belum tutug sakjane lehku nulis, ananging, lintange saya lerem, mendunge prepet2, aku harus pulang, Ssstt... aku lagi nemenin temenku kencan ini, dan dia udah siap2 pulang... Tak ada gading yang tak retak, semoga kak Kahfi berkenan sekedar mebaca coretan caci maki yg menurutku sangat gak layak untuk aku ikutkan dalam momen Give Away ini...
8

Selasa, 08 November 2011

~~~bongkaran dari hard-disk, moga bermanfaat~~~


Cantik……………… 
Sungguh cantik 
Tahukan wahai saudariku,… 
Bahwa muslimah itu cantik…. 
Dan bukankah tiap kita mencintai dan menginginkan kecantikan? 

Muslimah itu sungguh cantik…….. 
Bibirnya slalu dihiasi dan dibasahi dengan kecantikan tasbih [Berkata Zakariya: "Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)." Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari." (Ali Imron : 41)] dan tahmid kepada Rabbnya. Lantunan ayat-ayat Quran yang menyejukkan hati dan menenangkan pikiran senantiasa berteman dengan bibir dan lidahnya, nasehat dan tutur kata yang santun menghancurkan semua karang dan benteng rasa dendam. Lidahnya tak pernah lepas dari ucapan syukur atas nikmat nikmat dari tuhannya [Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Al Baqoroh : 152)]. Terjaga lidahnya dari cacian, umpatan, olok-olokan, makian dan segala kata-kata kotor yang menyakitkan hati [Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al Hujuraat: 11)]. 

Ya…. Muslimah memang sungguh cantik… Secantik bening matanya. 
Kedua matanya yang bening selalu terjaga dari hal-hal yang haram untuk dilihatnya [Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (An Nuur: 31)]. Kebeningan dan kejernihan matanya sejernih air mata yang setiap malam keluar dari telaga airmatanya [bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya) (AL Muzzammil : 2)], mencuci dosa-dosa yang sempat hinggap, yang mengalir deras karena rasa takut dan penyesalan yang mendalam, bersimpuh dihadapan Rabb nya, merayu dan merajuk agar mendapatkan maghfirohnya. 



Sungguh ….Muslimah itu cantik….. 
Secantik hatinya yang slalu tunduk pada Rabb nya. Hati yang penuh dengan rasa kecintaan kepada Rabb nya [Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imron:31)]. Jauh hatinya dari rasa dengki, sombong dan hasud. Keikhlasan senantiasa menghiasi qolbu yang yang pernah lupa akan kebesaran Rabb nya [Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. (An Nisaa: 125)]. Hati yang senantiasa siap menerima kebenaran dan keimanan. Hatinya bak cermin nan indah dan bersih, yang selalu siap menerima nur hidayah dari Rabbnya dan memantulkannnya, menyebarkannya keseluruh penjuru jagad raya. Qolbu yang senantiasa bersih dari prasangka dan fitnah kepada saudaranya. 

Maha Besar dan Maha Suci Allah yang telah menciptakan muslimah dengan kecantikannya. Secantik pakaian taqwa yang senantiasa dikenakannya. Sebaik-baik pakaian yang mendapatkan pujian dari Rabb nya [Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. [Hai anak Adam[530], sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa[531] itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.
(Al A’raaf : 26)
]. Seindah indah pakaian yang tiada ganti yang lebih indah darinya. Pakaian yang senantiasa melindunginya, dimanapundan kapanpun dia berada. Pakaian yang membedakan dirinya dari wanita wanita lain yang tanpa pakaian, pakaian yang akan membawanya menuju pribadi nan mulia, pakaian yang akan membawanya berjumpa dengan Rabb nya tercinta. 

Sungguh….. Cantik muslimah… 
Secantik akhlaq dan budi pekertinya yang diselubungi pakaian taqwanya [Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (As Shaad : 46), Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Al Qalam: 4)]. Yang dengan akhlak dan budi pekertinya yang mulia itu menentramkan orang orang disekitarnya, hilang kecemasan dan kerisauan disekelilingnya, berganti rasa cemburu dan curiga menjadi rasa kasih sayang dan kepercayaan yang mulia. 

Sungguh……..muslimah itu cantik 
Secantik ketulusan cintanya kepada saudaranya. Ukhuwah yang demikian mendalam menghancurkan bongkahan-bongkahan kebekuan yang bersemayam di dalam hati, melunakkannya dari kekakuan dan kekerasan, menyegarkannya kembali dengan kasih sayang dan kepercayaan. [Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (Al Maaidah:54)]



Sungguh,…… Muslimah itu benar-benar cantik…
Kecantikan yang sesungguhnya…
Kecantikan yang tiada bandingannya..



Tasbih sebagai lipstik bibirnya
Air mata taubat sebagai pelentik bulu matanya
Malu dan Akhlak mulia sebagai perhiasannya
Taqwa sebagai pakaian terindahnya…..

Sungguh… Muslimah itu cantik
Maka bersyukur para muslimah
Yang bangga akan kemuslimahannya
Tapi……. Kebanggaan karena ketaqwaan dan keikhlasannya
Wahai para wanita………
Sudahkan engkau menggapai kecantikan itu………
2

Senin, 07 November 2011

Sempu. Adalah sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah selatan Pantai Sendang Biru. Pulau Sempu berada dalam wilayah Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Saya dan teman – teman berkesempatan menginjakkan kaki di Pulau Sempu pada bulan Mei 2007. Pada waktu itu Sempu sudah pernah “tampil” di layar lebar dalam salah satu scene pada film Ruang yang dibintangi oleh Luna Maya.
Mencapai Pulau Sempu tidaklah sukar, dari Malang kendaraan menuju ke Pantai Sendang Biru dapat disewa dengan kisaran harga Rp. 500.000,- untuk sekali pergi-pulang include sopir dan BBM (pada tahun 2007 ongkosnya msih 150rb untuk sekali berangkat). Jarak antara Pantai Sendang Biru dengan Pulau Sempu hanya dibatasi oleh selat pendek yang ditempuh dengan 30 menit dengan perahu motor. Yang menantang, untuk menuju spot kemping di Pulau Sempu, kami harus tracking selama kurang lebih 2 jam dari pendaratan perahu. Waktu itu, kami berangkat menjelang magrib, sampai di pendaratan hari sudah mulai gelap sehingga perjalanan yang hanya butuh waktu 1-2 jam baru bisa ditempuh dalam waktu 3 jam dengan menembus gulita. Bahu membahu melewati jalan setapak yang licin selepas hujan sambil mebawa galon, kompor dan perlengkapan pendukung lain sambil terus berjalan merayap dan merapat. Yang menegangkan, sesekali di kejauhan terdengar raungan. Konon, di Pulau Sempu masih banyak terdapat monyet liar. Kami terus merapat sambil mempercepat langkah.
Hadiah terindah dari perjalanan itu adalah ketika dari celah semak belukar kami melihat air yang berkilatan warna perak pantulan purnama malam itu. Pantas saja kawan – kawanku menyebutnya sebagai The Hidden Paradise, keindahan yang tersembunyi. 21.00 WIB. Aku rebah ke pantai yang putih, memandang purnama penuh ditemani suara ombak Pantai Selatan. 
The Hidden Paradise

Oh iya, spot kemping Pulau Sempu adalah pantai dalam pulau, nah! Jadi di dalam Pulau Sempu terdapat Segara Anakan yang memiliki semacam terowongan saluran air yang berhubungan langsung dengan Laut Selatan. Danau Segara Anakan dibatasi oleh tebing cadas setinggi kurang lebih 20 meter, dibalik tebing cadas tersebut Samudera Hindia terhampar.
Malam itu kami beruntung karena bulan sedang purnama. Lelah yang menggelanyut kaki seketika terobati oleh pemandangan malam yang menakjubkan. Paginya, sunrise dapat dinikmati dengan memanjat tebing cadas. Dari tebing cadas tersebut terlihat Laut Selatan terbentang luas. Mahakarya Sang Pencipta. Ombak laut selatan mendebur – debur dengan angkuh. Jika beruntung, di pagi hari biasanya ada sekawanan lumba – lumba yang hilir mudik berkejaran. 
nampang dg bekgron Samudera Hindia

Tapi hari itu kami kurang beruntung karena lumba – lumba mungkin sedang enggan lewat. Tapi pemandangan yang begitu indah sudah cukup menyejukkan mata. Puas menikmati pagi yang indah kami kembali ke danau Segara Anakan untuk sekedar berenang dan berkejaran kesana kemari. Salah satu kawan kami sedang beruntung, dia berhasil menangkap seekor gurita. Danau Segara Anakan memang dihuni oleh berbagai jenis ikan kecil, gurita, berbagai golongan dari echinodermata, dan ubur – ubur.
sweet memories bareng THP '02

Sampai sekarang, saya masih sering terkagum – kagum ketika sempu tampil di televisi untuk kesekian kalinya pada progam – program vakasi yang banyak ditayangkan. Heummm... andai ada yang mengajak kembali ke sempu, dengan senang hati saya akan setuju.
6

Author

authorBanyuwangi the Sunrise of Java, Indonesia jalan - jalan, berbagi ilmu, berbagi pengalaman, karena dengan menulis kita belajar.
Learn More ?



Pengikut